Kamis, 15 Agustus 2019

Sejarah Tentang Kopi Arabika

Kopi Arabika setelah sangrai (foto: da'un)
Kopi arabika dihasilkan dari tanaman Coffea arabica. Tanaman ini dipercaya berasal dari daerah Etiopia kemudian dibawa oleh para pedagang Arab ke Yaman. Bangsa Arab mulai mempopulerkan ekstrak biji kopi arabika yang diseduh dengan air panas sebagai minuman penyegar.
Di abad ke-15 popularitas minuman kopi mulai menyebar ke Eropa. Awalnya orang-orang Eropa membeli kopi dari para pedagang Arab. Kemudian mereka berhasil membudidayakan tanaman tersebut di Asia dan Amerika. Sejak itu kopi menjadi komoditas yang sangat populer di seluruh dunia. Bahkan sempat menjadi komoditas kedua terbesar yang diperdagangkan secara global setelah minyak bumi.
Saat ini terdapat 4 jenis kopi yang diperdagangkan secara global, yakni arabikarobustaliberika, dan excelsa. Lebih dari 99% perdagangan kopi dunia didominasi jenis arabika dan robusta. Sisanya dalam jumlah yang tidak signifikan terdiri dari jenis liberika dan excelsa.


  • Asal Usul Tanaman

Tidak ada yang tahu persis kapan tanaman kopi arabika pertama kali dibudidayakan. Namun hampir semua literatur menyetujui tanaman ini berasal dari Abyssinia, sebuah daerah di Afrika yang kini mencakup negara Etiopia dan Eritrea. Dari Abyssinia kopi arabika dibawa oleh bangsa Arab ke Yaman, kemudian bangsa Eropa menyebarkannya ke seluruh dunia.
Kopi sebagai minuman pertama kali dipopulerkan oleh bangsa Arab. Literatur paling tua tentang biji kopi berasal dari catatan Al Razi, seorang ahli kedokteran yang hidup di abad ke-9. Orang-orang Eropa mulai mengenal kopi dari para pedagang Arab pada abad ke-16. Komoditas tersebut diperdagangkan di pelabuhan Mocha, Yaman. Untuk sekian abad lamanya pedagang Arab memonopoli perdagangan biji kopi. Hingga pada tahun 1616 seorang Belanda berhasil membawa tanaman kopi arabika ke luar dari pelabuhan Mocha.2
Terdapat dua macam kopi arabika yang dibawa orang-orang Eropa dari Yaman. Pertama, kultivar yang dibawa ke Jawa kemudian menyebar ke Asia Selatan dan Amerika Tengah dikenal sebagai Typica. Kedua, kultivar yang di bawa ke Brasil lewat La Reunion dikenal sebagai Bourbon, lihat gambar di atas. Kedua kultivar tersebut dipercaya menjadi sumber tanaman kopi arabika yang ada saat ini.
Di akhir abad ke-17 bangsa-bangsa Eropa mulai memproduksi sendiri tanaman kopi di daerah jajahan mereka yang tersebar di Asia dan Amerika. Mereka mulai menguasai perdagangan biji kopi dunia sekaligus mengakhiri dominasi para pedagang Arab. Hampir semua kopi yang diperdagangkan saat itu berjenis arabika. Belanda menjadi pemasok kopi terbesar dunia dengan basis produksi di Indonesia, lihat sejarah kopi.
Pada tahun 1878 hampir seluruh perkebunan kopi di Indonesia mengalami kerusakan karena wabah penyakit karat daun atau Hemileia vastatrix. Kemudian Belanda mengganti tanaman yang rusak dengan jenis liberika. Berselang 12 tahun tanaman kopi liberika mengalami serangan penyakit yang sama. Setelah melakukan riset, pada tahun 1907 Belanda kembali mengganti liberika dengan robusta.4
Sejak saat itu perkebunan kopi di Indonesia didominasi oleh tanaman kopi robusta. Secara nasional produksi kopi arabika di Indonesia hanya 17% sedangkan robusta hampir 83%. Sisanya dengan angka yang tidak signifikan terdapat jenis liberika dan excelsa.5
Saat ini kopi arabika banyak dihasilkan oleh negara-negara di Amerika Selatan, Amerika Tengah dan Afrika. Brasil merupakan negara penghasil kopi arabika terbesar di dunia, diikuti Kolombia dan Etiopia.

Sejarah Tentang Kopi Robusta


Kopi Robusta Menjelang Matang (Foto: Da'un)
Robusta adalah salah satu jenis tanaman kopi dengan nama ilmiah Coffea canephora. Nama robusta diambil dari kata “robust“, istilah dalam bahasa Inggris yang artinya kuat. Sesuai dengan namanya, minuman yang diekstrak dari biji kopi robusta memiliki cita rasa yang kuat dan cenderung lebih pahit dibanding arabika.
Biji kopi robusta banyak digunakan sebagai bahan baku kopi siap saji (instant) dan pencampur kopi racikan (blend) untuk menambah kekuatan cita rasa kopi. Selain itu, biasa juga digunakan untuk membuat minuman kopi berbasis susu seperti cappucinocafe latte dan macchiato.
Biji kopi robusta dianggap inferior dan dihargai lebih rendah dibanding arabika. Secara global produksi robusta menempati urutan kedua setelah arabika. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kopi robusta terbesar di dunia. Sebagian besar perkebunan kopi di negeri ini ditanami jenis robusta, sisanya arabikaliberika, dan excelsa.
  • Asal Usul Tanaman

Kopi robusta ditemukan pertama kali di Kongo pada tahun 1898 oleh ahli botani dari Belgia. Robusta merupakan tanaman asli Afrika yang meliputi daerah Kongo, Sudan, Liberia, dan Uganda. Robusta mulai dikembangkan secara besar-besaran di awal abad ke-20 oleh pemerintahan kolonial Belanda di Indonesia.Pengembangan kopi robusta berawal dari bencana wabah penyakit karat daun atau Hemileia vastatrix yang menyerang tanaman kopi. Pada tahun 1878 sebagian besar perkebunan kopi di Indonesia rusak akibat penyakit tersebut. Kemudian Belanda mengganti arabika dengan liberika. Namun di tahun 1890 kopi liberika juga mengalami penyakit yang sama.Pada tahun 1902 didatangkan jenis kopi robusta dari kebun raya Jardine di Brussel, Belgia.Setelah diteliti tanaman tersebut dipastikan lebih tahan terhadap penyakit karat daun. Lalu pada tahun 1907 tanaman kopi liberika diganti dengan robusta. Upaya kali ini berhasil, robusta terbukti memiliki daya tahan yang lebih baik terhadap penyakit karat daun.Hingga saat ini perkebunan-perkebunan kopi di Indonesia didominasi jenis robusta. Dalam perdagangan komoditas kopi global, Indonesia merupakan penghasil kopi robusta terbesar dunia setelah Vietnam dan Brasil. Lebih dari 80% perkebunan kopi di Indonesia ditanami robusta, sekitar 17% ditanami arabika, sebagian kecil sisanya ditanami liberika dan excelsa.
  • Deskripsi Tanaman
Pohon kopi robusta memiliki perakaran dangkal oleh karena itu sedikit rentan dengan kekeringan. Tanaman ini memerlukan tanah yang kaya kandungan organik untuk menopang pertumbuhannya. Bila ditanam di dataran rendah, robusta memiliki ketahanan yang jauh lebih baik terhadap penyakit karat daun dibanding arabika.
Daun kopi robusta bentuknya oval dengan ujung meruncing. Daun tumbuh pada batang, cabang dan ranting. Pada bagian batang dan cabang daunnya tumbuh berselang seling, sedangkan pada bagian ranting daunnya tumbuh pada bidang yang sama.
Dari segi ukuran, buah kopi robusta lebih kecil dibanding arabika. Ketika muda kulit buah berwarna hijau dan berubah menjadi merah saat matang. Buah yang telah matang tetap menempel kuat di tangkainya, tidak rontok seperti arabika. Bentuk bijinya cenderung membulat dan ukurannya lebih kecil dari arabika.
  • Habitat Tumbuh
Kopi robusta tumbuh dengan baik pada ketinggian 0-900 meter dari permukaan laut. Namun idealnya ditanam pada ketinggian 400-800 meter. Suhu rata-rata yang dibutuhkan tanaman ini sekitar 26°C dengan curah hujan 2000-3000 mm per tahun. Tanaman ini tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki tingkat keasaman (pH) sekitar 5-6,5.

Sejarah Kopi di Indonesia

(Ilustrasi : Secangkir Kopi)
Dalam sejarah, kopi di Indonesia sudah melewati perjalanan panjang dari awal masuk hingga tersebar di penjuru nusantara. Beberapa literatur tua dan artikel-artikel yang telah lebih dulu mengulas tentang sejarah masuknya kopi ke Bumi Pertiwi menyebutkan bahwa pada tahun 1696 Pemerintah Belanda membawa kopi dari Malabar, sebuah kota di India, ke Indonesia melalui Pulau Jawa.
Alur tersebut tertulis di salah satu arsip dari kongsi dagang/persekutuan dagang dari Pemerintah Hindia Timur Belanda, yang lebih dikenal dengan nama VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie). Di tahun 1707, Gubernur Van Hoorn mendistribusikan bibit kopi ke Batavia, Cirebon, kawasan Priangan serta wilayah pesisir utara Pulau Jawa. Tanaman baru ini akhirnya berhasil dibudidayakan di Jawa sejak 1714-1715. Sekitar 9 tahun kemudian, produksi kopi di Indonesia sudah begitu melimpah dan mampu mendominasi pasar dunia. Bahkan pada saat itu jumlah ekspor kopi dari Jawa ke Eropa telah melebihi jumlah ekspor kopi dari Mocha (Yaman) ke Eropa.
Tak hanya itu, jika kita menggunakan literatur sebagai salah satu sumber untuk menyusuri alur sejarah kopi di Indonesia, kita pun dapat menemukan referensi tentang perjalanan kopi di dalam “Serat Centhini; Tembangraras-Amongrogo”. Dari karya sastra kuno fenomenal ini, kita akan menemukan implikasi yang menunjukkan masuknya kopi ke Indonesia melalui Jatinegara, lalu tersebar ke Tanah Priangan (Jawa Barat), hingga akhirnya penanaman kopi dapat ditemukan di hampir seluruh wilayah Indonesia mulai dari Sumatera, seluruh pulau Jawa, Bali, Sulawesi, Flores hingga Papua.
Jejak perkembangan tanaman kopi di tanah air terus berlanjut hingga bertahun-tahun setelahnya. Eduard Doues Dekker turut mengulas mengenai tekanan yang dialami oleh petani kopi dalam tulisannya, “Max Havelaar and the Coffee Auctions of the Dutch Trading Company”. Karya Doues Dekker ini ikut berperan dalam membantu mengubah opini publik tentang cultivate system.
Lalu di tahun 1920-an, perusahaan-perusahaan kecil-menengah yang ada di Indonesia mulai menanam kopi sebagai komoditas utama dan perkebunan-perkebunan kopi eks-pemerintah kolonial Belanda yang sebagian besar berada di Pulau Jawa dinasionalisasi. Secara perlahan dan teratur, Indonesia bertransformasi menjadi sentra produksi kopi terbesar di dunia. Bahkan saat ini, salah satu kota yang berada di bagian utara dari Pulau Sumatera, tepatnya Dataran Tinggi Gayo yang berada di Aceh meneguhkan posisinya sebagai sentra produksi kopi arabika dengan areal lahan paling luas se-Asia.
Rentetan kronologis sejarah tersebut jika kita telusuri sedikit demi sedikit hingga akhir abad 20 (1900-an) merupakan satu dasar kuat yang meletakkan Indonesia di posisi saat ini di dunia internasional lewat produksi komoditas kopi. Indonesia dikenal sebagai salah satu negara penghasil kopi terbesar keempat di dunia setelah Brazil, Vietnam dan Kolombia, dan dikenal juga sebagai negara yang menjadi referensi produksi kopi berkualitas baik.